Senin, 04 September 2017

MCA Dampingi 500 Petani Perempuan Pakai Pestisida Organik

Nama : Isna Maulina
NIM   : 16/398848/PN/14819

PONTIANAK – Millenium Challenge Account (MCA) Indonesia mendampingi 500 anggota perempuan di 10 desa yang berlokasi di Kabupaten Kapuas Hulu dan Sintang dalam upaya mensadarkan sikap kritis para petani perempuan sehingga berdampak terhadap peningkatan pendapatan mereka dari pendapatan sebelumnya.
Direktur Program MCA Indonesia-Kalbar Laili Khairnur mengatakan, perempuan di desa-desaa tersebut dimotivasi untuk berpartisipatif dalam pertanian berkelanjutan seperti pemanfaatan lahan secara produktif, penggunaan pestisida dan insektisida organik ramah lingkungan dibandingkan dengan produk kimia lainnya
Adapun desa-desa itu yakni, Desa Lubuk Antu dan Desa Mubung di Kecamatan Hulu Gurung, Desa Temuyuk dan Sungai Besar di Kecamatan Bunut Hulu, Desa Tekalong di Kecamatan Mentebah, Desa Tekudak dai Kecamatan Kalis, Desa Penyak Lalang, Mangat Baru dan Samak di Kecamatan Dedai dan Desa Kelam Sejahtera di Kecamatan Kelam Permai.
“Untuk mengoptimalkan kapasitas petani perempuan maka konsorsium perempuan mendorong program inisiatif penguatan pengembangan skill petani khususnya perempuan,” kata Laili, di sela kegiatan Pengalaman Pendampingan Petani Perempuan di kedua kabupaten itu, Selasa (29/8/2017).
Konsorsium itu terdiri dari Gemawan (Lembaga Pengembangan Masyarakat Swandiri), Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita Borneo (PPSW-Borneo), Yayasan Dian Tama Pontianak, Simpai Kapuas, dan Jurnalis Perempuan Khatulistiwa (JPK).
Perwakilan Konsorsium Perempuan dan Keberlanjutan Penghidupan Kalbar Mulyadi mengatakan, salah satu program sedang berjalan saat ini adalah praktek inovasi metode pengelolaan pertanian berkelanjutan ramah lingkungan.
“Sudah diselesaikan pelatihan pembuatan pupuk organik, praktek dan pengenalan metode padi hazton, pelatihan pembukuan, promosi dan pemasaran produk dan pelatihan anti hama,” kata dia.
Menurutnya, sedang berlangsung adalah inovasi produk unggulan pertanian alternatif seperti membuat demplot padi, sayuran dan tanaman obat.
Lalu, pengembangan metode peningkatan produktivitas di lahan anggota kelompok dan fasilitasi inisiasi kontrak petani dan pembeli di tingkat kabupaten.
Sementara, tambah Mulyadi, belum dilaksanakan adalah studi banding ke lahan pertanian berkelanjutan, spesifikasi produk unggulan pasca panen dan pelatihan teknis usaha dan kemasan.

Sumber: http://kabar24.bisnis.com/read/20170830/78/685475/mca-dampingi-500-petani-perempuan-pakai-pestisida-organik-
Waktu perilisan artikel : 30 Agustus 2017
Nama : AKBAR KURNIAWAN
NIM   : 16/398856/PN/14827
 
Menambang Uang dan Menimba Teknologi dari Smart Phone
Bayu Mulyana didepan peserta pelatihan jaringan informasi agribisnis pada Penas XV Petani Nelayan Aceh 2017

Cukup dengan mengetikkan beberapa kata, para peserta Penas XV Petani Nelayan Aceh 2017 dapat menjelajah   dunia informasi dan teknologi pertanian terkini  ke seluruh penjuru dunia. 

“Kami ingin menyadarkan dan menunjukkan kepada para petani dan nelayan bahwa handphone atau samartphone yang mereka miliki bisa digunakan untuk mendapatkan informasi dan teknologi, bahkan bisa memasarkan produk pertanian,” kata Bayu Mulyana panitia pusat  untuk Pelatihan Jaringan Informasi Agribisnis Penas XV Petani Nelayan Aceh 2017 kepada Sinar Tani di SMKN 3 Kota Banda Aceh (7/5). 
Bayu yang juga Kepala Bidang Pengembangan Sistem Informasi Pusat Data Informasi Pertanian Kementerian Pertanian menjelaskan Pelatihan Jaringan Informasi Agribisnis   sampai siang kemarin sudah melatih  120 orang orang peserta atau 3 kelas. Per kelas bisa menampung peserta 40 peserta dengan memanfaatkan computer yang dimiliki laboratorium computer milik SMKN 3 Kota Banda Aceh.

Setiap kelas mendapatkan waktu pelatihan selama 4 jam. “Waktu 4 jam itu sebetulnya kurang, disini kita lebih memperkenalkan dan membangkitkan pemahaman para petani dan nelayan bahwa mereka bisa memanfaatkan handphonenya untuk mendapatkan teknologi dan menjual produknya.”  

Sampai penutupan Penas XV, Panitia mentargetkan bisa menyelenggarakan 9 kelas. Mereka dilatih membuat e-mail, menggunakan internet untuk mencari informasi teknologi dan memperkuat pemasaran produk pertanian yang dihasilkanya dengan memanfaatkan aplikasi playstore  berbasis android. 

Pada umumnya, lanjut Bayu, para petani nelayan sudah kenal dengan aplikasi jual beli online seperti OLX, tokopedia dan banyak aplikasinya lainnya. “Mereka kita perkenalkan dengan aplikasi jual beli online lebih mendalam dan kita tunjukkan aplikasi-aplikasi teknologi dan jual beli pertanian,” tambahnya. Mereka tinggal memilih yang cocok.

Yang boleh ikut menjadi peserta dalam pelatihan ini adalah mereka yang menjadi petani, pengusaha pertanian dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). “Yang kami prioritaskan adalah petani,” tambahnya. Umur mereka antara 40-50 tahun, ada juga yang relatif masih muda, juga yang sudah tua.

Para peserta umumnya  sudah memakai smartphone. Namun ada juga yang masih pakai Handphone biasa. “Kami tetap mempersilahkan. Mereka  yang belum punya smartphone, kita harapkan setelah sampai di rumahnya bisa minta dibantu putranya,” tambah Bayu. 

Mirwan, petani Kelapa Sawit yang memiliki kebun sawit seluas 2 Ha dari Musirawas Utara, Sumatera Selatan mengatakan pelatihan ini bermanfaat sekali. “Saya bisa membuat email, dan menjual atau memasarkan produk pertanian secara online. Juga bisa mencari teknologi pertanian di media digital. Baik dalam bentuk tulisan, gambar, photo maupun video,” jelasnya.

Beragam Aplikasi

Berbagai aplikasi pertanian yang berbasis smartphone (HP pintar) bermunculan. Paling banyak adalah aplikasi informasi, aplikasi teknologi dan aplikasi jual-beli online. Aplikasi tersebut disamping makin canggih juga makin terjangkau harganya karena biaya paket data internet makin murah dan terjangkau untuk kantong petani dan nelayan.

Aplikasi-aplikasi muncul baik dari pemerintah maupun dari perusahaan swasta.  Kementerian Pertanian misalnya mengeluarkan aplikasi kalender tanam (KATAM) terpadu. Kalender tanam digitak yang bisa diakses melaui internet ini bisa memudahkan petani menyesuaikan waktu dan pola tanam tanaman pangan serta memilih teknologi budidaya yang paling tepat oleh petani.

Kementerian Pertanian melalui Pusat Penyuluhan Pertanian juga membuat portal penyuluhan digital Cyber Extension dengan alamat www.cybex.pertanian.go.id. Cyber Extension  dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pelayanan data serta penyampaian materi dan informasi pertanian khususnya dalam membantu memperlancar dan mempermudah fasilitasi kepada pelaku penyuluhan terutama para penyuluh pertanian lapangan, baik penyuluh pertanian PNS, Swasta, maupun Swadaya.

Dari kalangan swasta, Tabloid Sinar Tani, juga membuat portal berita digital informasi dan teknologi pertanian terkini dengan alamat www.tabloidsinartani.com. “Bahkan Tabloid Sinar Tani sudah membangun aplikasi informasi dan teknologi pertanian berbasis android yang bisa diunduh dari playstore secara gratis yang tersedia dalam smart phone milik petani nelayan,” kata Pemimpin Redaksi Tabloid Sinar Tani Ahmad Soim.

Portal dan aplikasi android Tabloid Sinar Tani dikelola terintegrasi dengan Tabloid Sinar Tani Edisi Cetak. “Informasi dan teknologi terkini yang disajikan Tabloid Sinar Tani Cetak, Portal maupun Aplikasi hadir untuk saling melengkapi, memberikan pelayanan yang lebih cepat dan lebih lengkap. Terutama untuk petani-petani yang tinggal di daerah yang sudah memiliki infrastruktur internet yang menunjang,” tambahnya.

Meskipun demikian, informasi berita dan teknologi pertanian yang dikemas dalam bentuk cetakan masih jauh lebih menarik dan praktis, karena disainnya yang lebih menarik, lebih praktis digunakan, dibaca dan disimpan. Tidak tergantung pada energi listrik dan tidak memerlukan biaya rutin. “Bahkan suatu saat edisi cetak informasi dan teknologi pertanian akan membuat orang yang menggunakannya lebih bergengsi dibanding pengguna digital,” tambahnya lagi.

Tanggal artikel : 10 Mei 2017

Minggu, 03 September 2017

Sistem Pertanian Terpadu Berbasis Biogas

Nama : Arina Permatasari
NIM   : 16/398840/PN/14811


            LIPI telah memunculkan suatu sistem pertanian terintegrasi atau terpadu berbasis biogas. Sistem Pertanian Terpadu ini berangkat dari pengembangan peternakan sapi yang menghasilkan kotoran melimpah, diolah dengan alat biogas untuk menopang kebutuhan pertanian. Artinya, alat biogas mampu menghasilkan energi bagi kebutuhan rumah tangga petani dan olahannya. Selain itu, efluen (sampah) biogas bisa digunakan sebagai sumber pupuk organik yang dipakai untuk bercocok tanam maupun tambahan hijauan pakan ternak.
 
       Penerapan sistem pertanian terpadu berbasis alat biogas tersebut, salah satunya diujicobakan dalam penelitian di daerah Kapitan Meo, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT). Penelitian dilakukan dengan membuat unit biogas dengan kapasitas 27.000 liter.

           Alat biogas itu dibuat dengan menggunakan ukuran nominal penampungan gas diameter 3 m dan tinggi 2,4 m. Volume tersebut diasumsikan untuk menampung kotoran sapi sebanyak 9 ekor. Bahan pembuatan digester menggunakan beton bertulang, saluran pengumpan dan efluen-nya (saluran sampah) dari pipa PVC diameter 4 inchi. Bak pengumpan dan efluen berasal dari pasangan bata/batako dengan diameter 300 cm, tinggi 240 cm dan kapasitas tampungnya 15.000 liter.